Malam ini aku bangun dari tidur soreku, aku merasa masih ada yang mengganjal perasaan ini tapi entah apa. Entah itu kebencian, kesedihan, atau caci maki yang belum sempat aku sumpah-serapah-kan pada siapapun. Yang jelas batin ini terus saja mencari-cari alasan agar aku berpikir keras. Sial. Aku merutuki diriku sendiri. Aku benar-benar kecewa. Kataku yang lagi-lagi bicara pada diriku sendiri.
Sudah lama aku tidak merasa sesakit ini. Ternyata benar, bahagia dan sedih akan datang silih berganti dan mungkin sekarang kesedihan itu singgah di rumah hatiku. Aku hanya berharap dia enggan menetap lama-lama agar pipi tembamku tak dihujani air mata terus-menerus. Kasihan. Lama-lama aku bisa tirus tanpa operasi plastik di Korea.
Aku sebal jika hidupku terlalu diganggu orang. Aku tidak suka kalau terlalu banyak orang yang cerewet di sekitarku. Kenapa? Karena mereka jelas tidak tahu kehidupan apa yang aku jalani, perasaan macam apa yang aku alami, dan kejadian seperti apa yang aku lewati. Mereka semua terlalu berisik. Terlalu ingin ikut campur dan terlalu suka mencampuri. Jelas-jelas hidupku bukan es campur yang bisa mereka nikmati kapan saja dan rasanya bisa mereka komentari apa saja. Hidupku terlalu pahit untuk bisa mereka nikmati di siang bolong sambil bergurau dengan teman-teman sepemikiran mereka.
Kesedihanku memuncak tadi malam, kepedihanku… tidak, tidak sampai sepedih itu hanya saja aku kecewa. Aku selalu bosan hidup sendiri, tak ada yang membela, tak ada yang melindungi, namun aku paling benci dikasihani. Aku juga muak melalap habis omongan-omongan sampah dari mereka di luar sana yang jika tidak aku makan, akan membusuk dan menggangguku lebih-lebih dari ini. Lagi-lagi aku kekenyangan dengan omongan buruk mereka, kuatur napas agar tak terburu-buru memuntahkan omongan itu kembali ke wajah sok-tidak-bersalahmereka. Aku atasi itu sendirian, aku tahu mereka akhirnya menuai perasaan ‘tidak enak’ kepadaku karena telah membicarakan hal yang menurut mereka ‘bercanda’ itu. Bagiku, candaan itu bukan bagaimana kita menyakiti hati orang lain, melainkan bagaimana orang lain terhibur. Bodoh. Apa membuat orang menangis sampai tiga kali dengan omongan yang sama itu yang dimaksud bercanda oleh mereka?
Aku tak marah. Aku hanya tak suka. Ya, tak suka dengan status mereka yang pada dasarnya tak pernah kenal dekat denganku tapi seolah-olah mereka telah bersamaku lebih dari 100 tahun, sehingga mereka bebas berbicara sesadis apa pun. Terserah mau aku dibilang mudah marah atau mudah tersinggung. Yang jelas aku benar-benar kesal saat ini. Sebenarnya tak ada untungnya juga aku menulis apa yang menggangguku belakangan ini tapi jemariku gatal sekali, merasa hal yang kubangun sesulit ini, tega mereka robohkan hanya dengan ucapan yang dibalut kata ‘candaan’. Bah. Apa mereka tak punya kaca? Lihat apa hasil dari kekonyolan mereka. Biar saja, biar begini, biar mereka berpikir. Itu pun kalau mereka mau.
0 comments:
Post a Comment