Cerita Untuk Dicinta ♥
Akhirnya, Agit pun kembali ke kamar ganti bersama Rima. Dan ternyata depan ruang D, Agit kembali bertemu dengan Debby dan Satria. Tapi, kali ini mereka pindah posisi duduk, entah karna apa, menjadi ‘berhadapan’. Agit pun tak kuasa melihat mereka, dia segera berlari ke kamar ganti.
“Keterlaluan! Tambah sakit gua, dengan posisi duduk mereka yang kaya gitu!” sedikit berteriak, dia membanting sabuk yang dipegangnya.
“hei sabar aaah” ujar Rima
“sabar? Oke aku sabar Rim. Tapi kenapa harus bareng Debby, Rim?” ucap Agit
Debby, Debby Noviani. Dia adalah gadis yang menurut Agit ‘cantik’ tapi tidak menurut teman-temannya. Gadis yang paling dicemburui setengah mati oleh Agit itu adalah siswi kelas X-5. Agit paling sensitive kalau udah ngedenger nama ‘Debby Noviani’. “benci sih engga, tapi gue GA SUKA” selalu itu yang Agit ucapkan mengenai Debby.
“Rimaaa gue tanya, kenapa harus bareng Debby? Orang yang amat sangat gua cemburuin! Dia berani ngobrol sama Debby, meskipun mereka ga cuma ngobrol berdua, tapi intinya mereka barengan kan? Mereka ngobrolin apa? Apa penting? Lebih penting mana dari ngucapin happy anniversary half year ke gua? yaAllah yaRobbi, sakiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit” lagi-lagi air mata nya membasahi telapak tangan yang ia gunakan sebagai penutup matanya.
“Sabar eh sabar! Emang keterlaluan, emang sakit. tapi jangan pernah liatin kelemahan lo depan cewe itu dan cowo lu itu!” ucap Rima dengan sedikit membentak
“demi Allah, gua ngerasa ditusuk dari belakang! Gua faham, fahaaaaaaaam Debby lebih segalagalanya dari gue, lebih pantes ngobrol sama Satria, lebih pantes dikasih perhatian sama Satria, dibandingkan gue! Tapi gue cewenya yaAllah, gue udah kaya SAMPAH buat mereka! Gua gapernah dianggap ada” tangis Agit semakin menjadi
Agit menjadi sangat cengeng setelah ia mengenal Satria, tak ada hari tanpa meneteskan air mata. Air mata di pipinya kini hanya air mata tanda kekecewaan, karna air mata itu kini tak pernah ada harganya dimata Satria, kekasih yang amat ia sayang itu. Kini, Agit juga memiliki sesak nafas yang rutin kambuh setiap ia mulai merasakan sakit hati, walaupun hanya sekedar mengingat kejadian ia bersama Satria. Termasuk saat ia membuat cerbung tentang perjalanan cintanya bersama Satria.
“dia tau gue paling cemburu sama Debby, rasanya pengen gua pecahin hadiah buat Satria itu, Rim” ujar Agit dengan sedikit geram
“Janganlah Git! Apa apaan sih lo! Inget pengorbanan lo buat ngasih hadiah ke Satria tuh kaya apa! Udahlah, lo gaboleh kaya gini! Jangan cuma karna lo cemburu sama cewe gatau malu kaya dia, lo nyakitin diri lo sendiri! Fikirin diri lo sendiri deh sekarang, jangan cuma mikirin oranglain!” Rima membentak Agit dan makin membuat ia menangis
“Satria mati rasaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” ucap gadis cengeng itu
“yaudah, udah ya kita ke kelas aja. Siapa tau lu bisa lebih tenang bareng anak-anak kelas. Hapus dulu tuh air matanya, jangan sampe banyak yang liat lu nangis kaya gini” hibur Rima
“yaudah iya, doain buat gue yang terbaik ya Rim” Agit mengiyakan
“iya Agit, pasti” jawab Rima
♥♥♥
Mereka kembali ke kelas untuk meneruskan pelajaran, karna tak lama setelah mereka keluar dari kamar ganti, bel masuk kelas pun berbunyi.
Agit mengikuti pelajaran dengan keadaan yang dapat dikatakan ‘buruk’. Dia selalu teringat kejadian saat Satria duduk bersama Debby didepan ruang D tadi. Lagi-lagi ia belajar sambil menahan matanya yang selalu berkaca-kaca dan selalu nyaris meneteskan air mata.
“GUE KUAT! Gue pasti kuat! Come on Git, kalau lo masih sayang sama Satria, lo gak boleh cengeng! Inget git, insyaAllah lo bisa kaya dulu lagi” ucapnya dengan nada lirih, dalam hati kecilnya.
♥♥♥
Bel pulang sekolah pun berbunyi, dan sedikit mengagetkan Agit yang sedang termenung di bangku nya.
“anak-anak kelas X-3, prakteknya sampai sini dulu ya, minggu depan kita UJK (Uji Kompetensi) Praktek” ujar guru praktek mereka
“ah gue wallahualam deh, gimana nanti aja” gerutunya dalam hati
Semua murid kelas X-3 berkemas-kemas akan pulang. Ria mendapati teman sebangkunya itu dalam keadaan yang dapat dibilang ‘menyedihkan’. Mata Agit memerah dan sedikit sendu, wajahnya pucat pasi dan geraknya amat lemas.
Agit merapihkan buku-buku pelajarannya, dan cepat menggendong tasnya keluar ruangan praktek.
“Git, ikut latihan lomba ga sekarang?” tanya Rian, teman sekelas Agit dan sekaligus rekannya di Ekstrakulikuler PMR sekolahnya
Agit, Satria, Debby, dan Rian adalah anggota ekstrakulikuler PMR disekolahnya. Mereka cukup aktif di organisasi kepalang merahan itu. Sebentar lagi, terhitung hari, ekskul mereka akan mengikuti lomba di salah satu MAN (Madrasah Aliyah Negeri) di Bogor.
“oh iya yan, gue latihan. Lu duluan aja ke lapangan” ujar Agit kepada Rian
“tapi kayanya lo lagi gaenak badan ya, gue izin aja ya, gue bilangin lo sakit” tambah Rian
“udah gausah, insyaAllah gue kuat” jawab Agit
“yaudah iya” kata Rian
Rian segera pergi ke lapangan untuk latihan lomba. Satria, Debby, Rian, dan ketiga temannya yang lain mengikuti satu mata lomba yang sama, yaitu lomba ketangkasan tandu. Sedangkan Agit dan keempat partner lombanya mengikuti mata lomba yang berbeda dari Satria, Rian, dan Debby.
“temen-temen, gue duluan ya” pamit Agit kepada beberapa teman-teman sekelasnya
Dengan sedikit berlari, Agit menuruni anak tangga dan bergegas ke lapangan olahraga di sekolahnya untuk latihan lomba. Disisi lain, Ria, Rima dan Farah, membicarakan dirinya.
“kasihan Agit, selalu saja seperti ini. Padahal dia udah lebih dari baik ke Satria” ujar Ria kepada Farah dan Rima
“iya, Satrianya juga parah sih. Udah tau Agit cengeng, gampang cemburu, tetep weh dia bikin Agit jealous. Entah ngobrol bareng orang yang Agit cemburuin, WTWan Facebook, SMSan, becandaan, ah udah macem-macem laah” kata Farah
“semoga aja Allah kasih kesadaran buat Satria lewat apapun ya, kasian Agit kalau gini terus dia lama-lama bisa tumbang” kata Rima dengan penuh harap
“iya amieeeeeeeen, soalnya gue yang nyaksiin semua pengorbanan dia kaya gimana buat Satria, apalagi waktu Satria ulangtahun, Agit mati-matian ngumpulin uang dengan cara puasa senin-kamis padahal dia punya maag kronis yang rutin kambuh kan, dia juga kerja buat dapetin uang buat beli kado Satria, Alhamdulillahnya Allah sayang banget sama Agit dan ngasih rezeki itu gampang banget buat Agit, bener-bener dia dapetin uang ya cuma buat Satria, dia ga ngambil sepeserpun dari uang itu, dan dia nyari kado buat Satria sampe malem, dia jalan kerumah gue dari batu tulis karna macet lu bisa bayangin dong sejauh apa? dan emang udah sore dia buru-buru, dateng-dateng wajahnya pucet banget, semua itu dia lakuin cuma buat dapetin kado terbaik yang bakal dia kasih buat orang yang paling terbaik dan paling dia sayang dihidupnya” Ria bercerita sedikit
Lalu, mereka pun menuruni anak tangga dan berjalan keluar gerbang sekolah sembari ngobrol tentang Agit dan Satria.
♥♥♥
Di Lapangan..
“hari ini latihan lomba, ah yaAllaaaaah males banget. Gue mesti liat mereka berdua, Debby dan Satria. Allahuakbar kasih gue satu kesabaran lagi buat sekarang” ujar gadis itu dalam hati
“Allahuakbar panaaaaaaaaaas!” teriaknya dalam hati. Padahal, keadaannya berbanding terbalik pada sore itu, cuaca mendung dan semilir angin berhembus cukup kencang
“Agit, tahan ah tahan. Lu gak boleh kaya anak kecil, oke? Mereka Cuma parter lomba. Enough! Just that!” Agit berusaha mengirim sinyal positif kedalam hatinya
semua anggota PMR yang ikut lomba sedang berkonsentrasi latihan, begitupun dengan Agit, ia mencoba bekerja professional. Satu jam terlewat, waktu tepat menunjukkan pukul 5 sore, dan latihan mereka untuk hari ini sudah cukup.
“teman-teman, latihan hari ini cukup ya. Besok kita latihan lagi, kalau yang bisa dispen, besok kaka urus surat dispensasi untuk kalian ya” ujar ketua umum PMR mereka sembari membubarkan para anggotanya.
♥♥♥
Agit berjalan keluar gerbang sekolah sambil ngedumel dalam hati “yaAllah, s a b a r giiiiiiiiiiit. diajak ngobrol juga engga? Udah biasaaaaaaa”
Ditengah lamunan Agit, suara Satria membuyarkan semuanya.
“bareng ga?” tanya Satria tanpa nada bersahabat
“biasa kali nanyanya, Allahuakbar” ujar Agit dalam hati
“iya bareng. Tapi itu juga kalau kamu mau” jawab Agit dengan sedikit cemberut
“yaudah” jawab Satria
Sembari menunggu angkutan umum yang akan mereka naikki, tak sedikitpun kata yang keluar dari mulut keduanya. Mereka diam seribu bahasa. Apalagi Agit, Agit menunggu Satria menyapanya, tapi ternyata nihil, Satria tak mengajaknya mengobrol selama itu. Tak lama, angkutan umum kosong berhenti tepat depan mereka
“naik gak?” tanya Satria pada Agit
“iyaudah ayo” jawab Agit ragu
Setengah perjalanan, mereka tetap diam, melakukan kesibukan sendiri. Agit bengong sambil nahan air mata, sedangkan Satria sibuk dengerin headset plus mainin handphonenya, entah dia smsan sama siapa.
“kamu kenapa” tengah tengah perjalanan, Satria melihat Agit yang didapatinya hampir berurai air mata
“ah? Aku gak apa-apa ko” jawabnya dengan nada lirih
“tuuuuh daaa, gak pernah cerita apa-apa teh” kata Satria dengan nada sedikit kesal
“yaAllaaaah, aku kayagini juga mikirin kamu. Gimana mau ceritanyaa?” ujar Agit dalam hati
“aah gapapa, entar ya. Bentar juga turun” katanya sembari memindahkan kantung plastiknya itu
♥♥♥
Agit dan Satria turun tepat sebrang Balai Kota. Mereka memang selalu turun disitu setiap kali mereka pulang bareng.
“aku mau ngomong” Agit memberanikan diri bicara pada Satria
“ngomong apa? Ngomong aja” jawab Satria
“aku sakit hati sama kamu, waktu depan ruang D kamu duduk sama Debby” kata Agit mulai jujur
“tapi aku duduk ga cuma berdua kali” Satria mulai membantah
“iya tau, tapi kenapa mesti sampingan? Depanan juga? Sakit, gimana atuh?” nada bicara Agit agak sedikit tinggi
“tapi kan aku sama dia cuma… ah udah lah! Emang aku yang salah, mau aja dideketin sama dia” Satria mulai kesal
“cuma partner lomba? Kaya kamu gak pernah aja jealous sama temen sekelas aku?” Agit memutar omongan Satria
“yaudah iya, emang aku yang selalu salaah” Satria menjawab dengan amarah
“apaan sih? Bukan gitu, aku Cuma berusaha jujur. Dulu kamu pernah nyuruh aku jujur, kalau aku cemburu sama kamu, sekarang kamunya malah kayagini aku jujur” mata Agit sebentar saja sudah mulai berkaca-kaca
“iya aku yang salah maaf, bla bla bla bla bla bla bla bla” kata Satria panjang lebar
“bukan gitu, bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla” Agit menjelaskan dengan panjang lebar juga
Lama sekali mereka berdebat, Agit jujur sama Satria, tapi Satria tetep kesel dan sedikit marah-marah sama Agit. Panjang lebar Agit menjelaskan sakit hatinya, tapi tetep gak ngefek ke Satrianya juga.
“yaudah gini sekarang, aku minta maaf. Plis kamu sekarang terima ini” pinta Agit pada Satria
Seperti biasanya, Satria paling susah dan selalu nolak apapun yang Agit kasih, meskipun sampai akhirnya ya diterima terima juga.
“engga ah apaan sih? Aku kan udah bilang, jangan ngasih apa-apa sama aku” tolak Satria
“bentar, kamu gaboleh nolak ini dulu. Kamu kan belum tau isinya apa, ini bener-bener gakan berarti buat kamu, tapi ini berarti banget buat aku. Dalemnya, cuma isi hati dan perasaan aku ke kamu” mohon Agit pada Satria
Hasil rayuan Agit, dan mungkin juga menurut Satria “ya biarinlah, biar ini anak cepet balik” akhirnya, Satria nerima hadiah nya.
“yaudah, sekarang kamu pulang” ucap Satria pada Agit
Karna waktu pun sudah menunjukkan pukul 19.00 malam, Agit memutuskan untuk pulang, lagi pula ia telah berhasil memberikan hadiahnya pada Satria.
“yaudah aku pulang, tapi…. Aku lagi nungguin” ujar Agit
“bukan bilang daritadi, nunggu siapa? Aku? Hahaha” tanya Satria
“iya nunggu kamu” jawab Agit
“nunggu aku ngapain? Naik angkot? Gak akan! Kamu duluan” kata Satria
“engga ko bukan” bantah Agit
“udah pulang sana!” suruh Satria pada kekasihnya itu
“iyaudah deh aku pulang” sambil memberhentikan angkutan umum, dia berbisik di telinga Satria “aku dari tadi nungguin kamu ngucapin anniv” sambil kakinya melangkah menaiki kendaraan umum itu.
Dijalan, dia mendapat 3 SMS dari Satria
*From : Satria ☺
“aku tadi mau ngucapin, tapi kamunya gitu”
Belum sempat membalas, sms yang kedua sudah ia terima
* From : Satria ☺
“sumpah demi Allah yang”
Seketika ia mengetik balasan untuk Satria, lagi lagi HP nya sudah bergetar kembali
* From : Satria ☺
“demi Allah demi Rasulullah”
“aduuuuh bentar coba, belum ge dibales udah sms lagi” ujar Agit dalam hati
Untuk ketiga kalinya, ketika ia sedang mengetik balasan SMS dari Satria, handphone yang dipegangnya kembali bergetar cukup lama. Ia kaget ketika melihat dilayar handphone nya bertuliskan “Satria J CALLING”
“haaa? Nelfon? Tumben amat? Alhamdulillah” Syukurnya dalam hati
Cepat-cepat ia mengangkat telfon dari pacar tersayangnya itu
“hallo? Kenapa?” Agit mengawali pembicaraan
“Aku tadi mau ngucapin, tapi kamunya kaya gitu, sumpah yaaang” kata Satria
“iya gapapa ko. Lupain aja ya” Agit menjawab
“apaan sih? Gak akan” kata Satria sedikit kesal
“udah lupain aja. Gapapa ko bla bla bla bla bla bla bla bla” Agit menjelaskan panjang lebar
Setengah menit mereka berdebat tidak jelas ditelfon, kadang kala saling berdiam diri
“aku kasian sama kamu” ujar Satria ditengah tengah pembicaraan
“kasian? Kenapa harus kasian?” Agit balik bertanya
“kasian kamu punya cowok kaya aku” jawab Satria
“gapapa ko” timbal Agit
Ditengah tengah mereka mengobrol, handphone Agit malah mati gara-gara baterenya low.
Diam diam Agit menggerutu “aduuuuuh pake mati segala ni HP, udah tau ditelfon Satria itu satu hal yang langka, sekarang rezeki ditelfon eh malah mati. Ckck”
Sesampainya dirumah, Agit langsung mengirim pesan singkat pada Satria
* To : Satria ☺
“maaf tadi hape aku mati. Aku baru sampe rumah”
Tak lama, smsnya pun dibalas
* From : Satria ☺
“tadi aku udah ngucapin, eh gajawab kamunya. Taunya mati”
* To : Satria ☺
“maaf ya, hapenya lowbet”
Bla bla bla bla bla mereka smsan memabahas tentang hadiah dari Agit, ucapan Anniversary dan sebagainya. Sampai terakhir Satria membalas sms Agit
* From : Satria ☺
“kan aku ngga ngarepin yang. Jadi apapun keadaannya aku makasih banget. Happy anniversary 6th month/half year”
2 comments:
gw ga nyangka cerita lu se dalem itu....
sabar yaaa....
udah baca semua? haha iya parah ya :')
Post a Comment