Pesan AIR MATA

Aku tidak pernah benar-benar lelah untuk menunggumu agar bisa menjadi seperti apa yang aku inginkan selama hampir 2 tahun ini. Bahkan ketika aku pernah pergi, aku kembali lagi. Aku kembali bukan karena kau terlalu lebih baik dari mereka di luar sana, tapi karena aku masih yakin kau bahagiaku. Aku terus menuntut agar kau bisa seperti apa yang aku inginkan, hanya karena aku ingin seperti perempuan lainnya yang beruntung mendapatkan laki-laki yang memperlakukannya istimewa. Dan alasan lain aku menuntutmu agar bisa seperti apa yang aku inginkan, itu untuk kepentingan dirimu juga, masa depanmu, karena aku yakin keinginanku adalah keinginan perempuan lainnya yang kelak akan menjadi seorang istrimu.

Aku memang terkadang lelah menunggumu berubah, karena tidak jarang kau berubah hanya sekejap dan kembali lagi kembali lagi menjadi pribadi yang kurang menyenangkan dan kau tidak pernah benar-benar ingin berusaha keras untuk hal itu. Aku dengan kesabaran dan semampuku, menunggu kau selama hampir 2 tahun ini untuk dapat menemukan kata “bahagia” itu. Aku bukan tak pernah bahagia ketika berjalan beriringan dengan nafasmu. Aku bahagia. Tapi aku butuh kebahagiaan yang lain, kebahagiaan yang membuat hatiku merasa tenang, merasa nyaman, merasa bahwa hanya aku satu-satunya di dunia ini yang beruntung mendapatkan laki-laki seistimewa dirimu. Hanya itu. Apa terlalu sulit bagimu? Apa terlalu berat beban yang aku berikan sehingga kau sama sekali tak ingin memikulnya?

Aku tahu di luar sana banyak hal yang dapat menjadi sumber kebahagiaan untukku. Tapi kau juga harus tahu, dari sekian banyak laki-laki di luar sana yang mungkin jauh lebih baik darimu, tapi AKU TETAP MEMILIHMU dengan segala kekuranganmu. Aku berusaha terus menutupi kekurangan itu, sehingga kau selalu terlihat indah di mata orang lain.

Tapi malam tadi, kau melepaskanku untuk satu alasan yang tak pernah bisa kucerna dengan CINTA. Alasan untuk kebahagiaanku? Alasan bahwa kau hanya melepaskanku untuk memperbaiki dirimu. Bagaimana jika kau tak sanggup memperbaiki diri? Bagaimana jika nanti ada orang lain yang datang dan mengambilku darimu? Bagaimana jika terlalu lama aku menunggu sampai aku terlalu lelah untuk diam lebih lama? Bagaimana jika takdir menggariskan aku berbelok dan kau lurus? Bagaimana jika…ah sudahlah, itu semua bukan suatu masalah besar untukmu. Aku yakin, kau bahkan tidak takut kehilangan.  Kau bilang itu semua untuk kebahagiaanku? Padahal seharusnya kau tahu, aku jauh lebih memilih kebahagiaanku yang ada di dirimu. Tapi tega kau lepaskanku, untuk orang lain yang kau pikir lebih bisa membahagiakanku, sedangkan dibandingkan dengan orang-orang itu aku jelas-jelas memilihmu. Mengapa bukan kau saja yang berusaha menjadi sumber kebahagiaanku? Mengapa bukan kau saja yang mencoba membahagiakanku?

Yasudah, tidak apa. Mungkin ini batas lelahmu, mungkin ini batas sabarmu menghadapi semua sikap, sifat dan keinginan perempuan macam aku. Semoga kelak nanti, akan ada saatnya dimana aku dan kau tersenyum lebih dari hari ini, apapun takdirnya :)

agitayuana